Sesekali terlintas dipikiranku;
Perihal apakah kamu membaca semua tulisan yang aku publikasikan?
Perihal apakah kamu mengerti makna dari tulisan yang aku siratkan?
sebenarnya..
itu semua untukmu. Pesan yang tak bisa aku ucapkan dalam lisan, aku siratkan dalam tulisan. Entah jelas atau bias, aku berharap kamu mengerti makna dari semua pesanku yang nampak kandas.
Tak apa jika tak mengerti, setidaknya kamu tahu, ditujukan kepada siapakah semua tulisanku itu.
Tak apa jika tak mau mengerti, setidaknya kamu sadari, siapakah orang yang tak bosan menghabiskan masa, untuk menceritakan kamu sang pujaan hatinya.
Memaafkanmu membuatku mengerti bahwa ada hal-hal yang memang seharusnya dilepaskan pergi. Tidak perlu dipertahankan lagi. semua rasa sesal, kecewa, benci, selayaknya luluh bersama maaf. maka kupilih memaafkanmu dan melupakanmu. Biarlah semua hal buruk yang pernah terjadi kita lupakan saja. Luapkan semua sebagai masa lalu belaka. Kau telah kumaafkan, tak ada benci sama sekali. Segala sesuatu tentangmu sudah kuikhlaskan. Tinggal lah dengan tenang dimasa lalu. hiduplah dengan seseorang yang baru dalam hidupmu. aku tentu punya jalan lain, jalan yang lebih baik untuk ku tuju.
kadang, aku ingin menyapamu tiap kali statusmu update di media sosial. Ingin sekali mengirimimu chat singkat. Bertanya perihal kabarmu. Atau, sesekali menyampaikan selamat tidur, selamat pagi, atau mungkin menuliskan 'aku kangen kamu'. Namun, kita bukan siapa-siapa lagi. Kamu kini adalah orang asing bagiku. Sama seperti yang kamu ucapkan dulu sebelum aku begitu mengenalmu. Aku orang yang asing bagimu. Kamu takut aku memasuki hidupmu. Meski akhirnya kamu biarkan masuk hidupmu. Kamu jadikan aku seseorang yang menemani lelapmu. Lalu, kamu memilih untuk menjadi tiada. Aku tidak bisa berbuat apa-apa selain belajar menerima, bahwa ternyata begini rasanya terluka.
Dan, yang selalu aku bingungkan adalah aku yang kamu sakiti, tapi tetap saja aku ingin mengajakmu bicara kembali. Aku tidak suka kamu diam begini, menjauhiku seoalah aku adalah orang yang paling kamu benci. Apa ada yang salah denganku yang mencintaimu? Kamu tahu bahwa
aku tidak menginginkanmu lagi. Aku hanya ingin kita menjadi dua orang yang baik-baik saja. Meski aku ragu, jika kembali memiliki kebersamaan seperti dulu. Aku tidak yakin tidak memendam rindu padamu.
kenanglah kita meski tidak begitu sempurna. Meski yanya sedih-sedih yang tersisa. Sebab, bagaimanapun pahitnya, aku pernah menjadi kekasih terbaik bagimu waktu itu. Meski pada akhirnya, aku tetaplah seseorang yang menyakiti hatimu. Kenanglah, meski kita hanya menjalani waktu tidak begitu lana. Bagaimana pun aku pernah mencintaimu dengan sungguh-sungguh. Bagaimana pun aku pernah berharap kita benar-benar utuh selamanya. Tidak ada niat membuat terluka. Tidak ada niat untuk melepaskanmu begitu saja. Aku benar-benar mencintaimu waktu itu.
Namun, yang tak bisa kukendalikan adalah perasaanku. Jujur aku akui, aku lemah menjaga hubungan denganmu. Aku tak berdaya menjaga hatimu. Kubuat luka dengan segala kelalaianku. Kusakiti dan memilih membiarkanmu menangis. Maaf, jika aku keterlaluan pada hatimu. Sungguh, menyesal rasanya telah menyi-nyiakanmu. Namun, aku sadar. Aku tidak berhak memintamu lagi. Biarlah dosa-dosa ini kutanggung sendiri. Kamu tetap akan kudoakan sepenuh hati. Bahagialah disana. Dengan seseorang yang bisa mencintaimu tanpa pernah membuat luka.
Bagaimana bisa kamu menjadi orang yang benar-benar ingin kubenci? Sementara, dulu begitu dalam aku menjatuhkan hati. Hatiku menolak pergi, tetapi kenyataan terlalu menyakiti. Kamu mengabaikan segala yang pernah kita punya. Kamu lelah drngan segala yang pernah kita perjuangkan bersama. Kamu memintaku berlapang dada, memintaku melepaskan begitu saja. Apa kamu tidak pernah metenungkan walaupin sejenak saja, betapa luka pedih mengiris dada, melihat orang yang paling dicinta meminta lepas demi seseorang yang ia cinta? Kita tidak menjalani ini sehari dua hari, terlalu kebersamaan ini membuat aku tidak tahu lagi jalan kembali.
Meski tidak ingin memintamu kembali, tapi lukanya tetap saja tak sepenuhnya pergi. Menyiksa malam-malamku, menyesakkan dalam diamku. Kenangan selalu pulang dengan hal-hal yang kamu buang. Dengan hal-hal yang dulu sepenuh hati kita impikan dalam hal berjuang. Apa kamu bahagia dengan segala luka yang kini kurasa? Apa kamu tidak merasa betapa dalamnya aku tenggelam dalam hal-hal yang terlalu pahit rasanya kenyataan ini?
Semoga waktu benar-benar obat dari segala pilu. Tak banyak lagi yang kuharapkan darimu. Meski sejujurnya tak semudah itu membiarkanmu kaih dari masa lalu. Namun, aku paham, aku bukan lagi orang yang kamh knginkan. Sekuat apa pun aku menjaga doa-doa untuk bersama, tidak akan berguna bila kamu tidak juga bersedia.
Siapapapun itu penggantiku, jagalah dia baik-baik, semoga luka hatimu tidak pernah berbalik. Jagalah dia yang kamu pilih sebagai cinta, semoga kelak dia tidak menjadi seperti kamu yang memilih pergi dan membekaskan luka.
Semua sudah berlalu. Bagaimana pun kita sudah menjalani semua itu. Biarlah segalanya menjadi kenangan. Suatu hari nanti kita akan saling melupakan. Atau, mungkin hanya merasa sedih saat aemuanya sebatas kenang. Semoga penyesalan selalu menemukan hal yang baru. Selalu yang lebih baik dari masa lalu. Sebab, penyesalan yang datang belakangan selalu menyakitkan. Seringkali hanya menggoreskan luka di ingatan. Andai dulu aku tidak membiarkanmu terbuang. Namun sudahlah, mungkin kamu memang ditakdirkan hanya untuk dikenang.
-Setidaknya, aku pernah kauhancurkan berkali-kali hingga kebal disakiti. Setidaknya, hari ini masih jatuh kepadamu; karena rasa tak layak berdusta siapa yang disuka, karena rasa tak lupa menyapa siapa pemberi luka.-