Ketika sepotong chat tidak bisa lagi menjadi tiket masuk kedalam kehidupan seseorang, maka yang bisa kita lakukan hanyalah melihat IG story-nya.
Kalian pernah tidak, merasa sebegitu mendebarkannya keyika melihat lingkaran foto dia berwarna merah dibarisan story kalian? ingin melihat, tapi rasanya tifak akan kuat mengetahui dia menghabiskan waktu tanpa melibatkan kita. Ingin dibiarkan, tapi kok ya penasaran.
Lalu, akan pernah ada satu fase dimana jembatan komunikasi yang ada hanya sebatas lihat-lihatan IG story. Dari yang reaksi awalnya marah, sedih, kecewa lalu perlahan-lahan berubah jadi biasa saja karena kita bertoleransi atas apa yang dia lakukan. Kalian akhirnya menyimpulkan; kalau kalian berdua baik-baik saja, walau tanpa kehadiran satu sama lain.
Aku pernah demikian.
Kadang-kadang aku menemukan secarik berita tentang kesehariannya yang rasanya sangat asing di pengetahuanku sekarang atau sepenggal tulisan puitis lewat IG story-nya yang entah dialamatkan kepada siapa. Rasanya, ternyata semerisaukan ini ya?
Dan, mungkin yang dia lupa adalah aku suka bapersangka. Yang walaupun tulisan itu semua memang bukan untukku, aku akan dengan sukarela menganggap itu untukku. Biarlah biar aku merasa senang meski hanya boleh dalam pikiranku saja.
Lingkaran merah tidak akan semenggoda itu, kalau bukan milik dia. bayangkan, sesering apa aku mengetik namanya di kolom search, hingga akunnya berada diperingkat teratas list suggested. Semua demi agar aku tidak terlewatkan sedikitpun kabar tentang dia.
Lalu, aku sadar, aku hanya tak pernah punya cukup daya untuk mengabaikannya.
Tak akan pernah ingin kusampaikan padanya, biar ini kusimpan dalam batinku saja. Walaupun dia sudah membaca ini diam-diam, walaupun dia menyalahkan kebapersangkaan-ku, walaulun dia sangat ingin menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
Karena, aku rasa, sekarang semuanya sudah tidak perlu lagi atau mungkin, tidak tepat lagi waktunya.
Karena, aku rasa, hati semakin perih melihatnya tetap bahagia tanpa ada aku yang terlibat dalam kehidupannya.
Bagaimana mungkin aku bisa melewati itu semua? Kalau saja hati masih mengharapkan dia menjadi pengisi?
Sering sekali aku membunuh diri dalam sepi, melihat fotonya dalam galeri, dan aku tau dia mungkin akan kembali, atau mungkin hanya perasaanku saja untuk memperkuat diri? Hari-hari tak pernah sama setelah ia pergi, dan aku disini tetap menanti. Menanti hal yang tak pasti. (Rico Yoshua.)
Tenang, aku tak selalu meminta kau membaca pesanku cepat-cepat. Aku mengerti kau punya kesibukan, balaslah nanti ketika sudah lenggang. Setidaknya ketika kau kesepian, kau masih miliki aku.
Begitupun dengan hidupmu. hidupmu tidak melulu aku. Sapalah teman-temanmu, ikutlah acara mereka, tak perlu meminta izinku. Sepulangmu nanti, ceritakan semua pengalaman bahagiamu sambil menge-chatku.
Aku mengerti kau wanita yang mandiri. Aku cukup paham kau senang bersosialisasi. Tak apa bersenang-senanglah sepuasmu, gembirakan hati dan pikiranmu, hidupnu tak melulu aku. Dan aku setia untuk menunggu pulangmu. Jika saat itu kau kelelahan, mengadulah padaku.
Aku bukanlah lelaki yang baik.
Bagiku jatuh cinta itu mudah, semudah buatmu mencintaiku hanya dalam hitungan jari kita bertemu.
Bosan adalah temanku. Meninggalkanmu yang mencintaiku bisa kulakukan dengan mudah. Semudah membalikkan telapak tangan orang dewasa.
Namun, ketahuilah, lelaki yang tidak baik ini pernah menjadi lelaki yang begitu penurut pada satu perempuan.
Telinganya tak pernah bosan mendengarkan mulut perempuan itu berbicara maupun bernyanyi setiap harinya.
Senyumnya tak pernah pudah mendengarkan seberapa tidak lucu humor-humor yang perempuan itu ucapkan.
Otaknya berputar keras setiap saat hanya untuk mencari materi yang lucu agar perempuannya bisa tertawa.
Segala sikap dan keputusannya menjadi penuh ragu, takut jika perempuan itu tidak menyetujuinya.
Lelaki yang dulu enggan menunduk pada setiap perempuan itu, kini sedang bertekuk lutut memohon untuk dimaafkan.
Lelaki tidak baik itu pernah luluh karena dicintai begitu hebat oleh perempuannya seakan lelaki itu adalah cerminnya.
Salam,
Aku- Lelaki yang pernah menjadi lelaki tidak baik.